Jul 17, 2003

pada angin yang menutup pintu kukatakan bahwa aku
masih menungguimu,
tegak berdiri seperti bongkahan batu
yang menopang beton-beton lumut,
kukatakan juga
aku sangat merindu jarimu yang berkelok-kelok

bingkai jendela menyerupai kanvas abadi,
lalu tanpa kuas kulukis wajahmu,
gerimis membentuk rambutmu
pohon-pohon bersilang daunnya hijau merimbun
angin bergerak pada jendela,
wajahmu tersenyum

ah,
penantian ini tak kunjung usai,
tak selesai hanya angin yang tabah berhembus dan menutup jendela serta pintu,
aku di luar rumah menangis

...
aku rindu ...

No comments: