Oct 22, 2003

perempuan yang dibalut kaos putih, blue-jeans belel,
dan sneaker coklat itu menatap arus deras di aspal
depan matanya. terpaku. termangu. teriris rajam angin
pada dada. pada sukma. pada rindu yang kerap kalap
merayap. menduduki monarki diri, mencabik-cabik dendam
yang tak redam, meninggalkan kelu lidah saat kata-kata
menetes sebagai liur dari kerongkongannya yang
kehausan.

perempuan yang dibalut kaos putih, blue-jeans belel,
dan sneaker coklat itu melambaikan tangannya pada tiap
lintas kendara, pada tiap rusuk, pada tiap igau yang
lara. degup-degup dada memacunya, memecutnya
sebagaimana waktu. sebagaimana detik demi detik
memperbudak kesempatan demi kesempatan. sebagaimana
belas tak berkasih mengusap-usap ubun-ubunnya,
meninabobokannya ke dalam buai api-api kota.

pernah ada banyak tanya di kepala. pernah ada banyak
rumus-rumus, teori-teori, hukum-hukum, dan fatwa-fatwa
yang dibawa dalam jinjingannya yang berat dan terus
disandangnya lalu ditinggalkannya entah di mana.
perempuan itu, akhirnya hanya membawa air mata.
membawa tiap ringkih tulangnya. sampai akhirnya ia
hanya berdiri di sana, di pinggiran sebuah kota,
melambai-lambai pada roda-roda. pada asap asa.

...
satu malam di sudut mahakam
sambil mengenang dirimu ..

No comments: